Member-only story
Ramadhan tidak jadi libur?
Cerita Persiapan & Aktivitas Ramadhan (Masa Lalu) kepada Murid

Hari ini, menurut kalender hijriah, merupakan bulan Syaban atau orang Jawa menyebutnya Ruwah. Berarti, tidak lama lagi akan memasuki bulan Ramadhan.
Sudah banyak beredar status WA, baik berupa foto maupun video yang menginformasikan H-Ramadhan, mulai dari H-100 hingga sekarang H-kurang satu bulan.
Selain status, sebelum masuk bulan puasa, di daerah kami juga sudah ada acara bernama Dang-Dang Ngan. Jadi, sekitar dua minggu sebelum puasa, sudah ada pasar rakyat di sepanjang jalan menuju Menara Kudus. Ramai sekali dan selalu ditunggu.
Kemudian, acara ini diakhiri dengan suara beduk Menara yang ditabuh sebagai penanda waktu pertama puasa. Ini adalah tradisi yang sudah lama dan masih ada sampai sekarang, yang diwariskan oleh Sunan Kudus.
Kegiatan Puasa di Kampung
Setiap bulan puasa di desa seperti hidup 24 jam. Banyak sekali momen-momen puasa waktu kecil yang melekat hingga sekarang. Mulai dengan berkeliling untuk tongtek (membangunkan sahur), jalan pagi atau ngebun mengitari kampung setelah salat Subuh, bermain dengan teman sambil menunggu waktu adzan di masjid/surau, serta mengunjungi surau-surau di sekitar desa. Kegiatan sebelum buka puasa; tarawih di masjid; tadarus Al-Qur’an setelah tarawih; shalat tasbih; dan malamnya tidur di surau bersama teman-teman. Pokoknya, 24 jam selalu ada kegiatan.

Kebijakan Libur Selama Ramadhan
Menindaklanjuti kehebohan tentang libur Ramadhan yang tidak jadi, meskipun kemarin ada wacana libur satu bulan yang sudah dibicarakan di mana-mana, termasuk oleh murid-murid saya di kelas. Sebagai guru, saya juga memberikan gambaran tentang Ramadhan saya waktu kecil seperti cerita diawal dan mereka pun antusias mendengarnya.
Walaupun tidak jadi libur, sebagai guru saya memahami bahwa Ramadhan memang harus dibuat kebijakan tersendiri, khususnya untuk sekolah. Biasanya, pembelajaran dan jam pelajaran akan disesuaikan, karena memang kegiatan di luar sekolah sudah banyak.